Minggu, 24 Juni 2012

Kampung Batik Palbatu


Salah satu rumah yang dihias motif batik di Kampung Batik Palbatu

Kampung Batik Palbatu, nama yang kini melekat pada jalan Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Konsep menjadikan palbatu sebagai kampung batik terinspirasi dari kampung batik Laweyan di Solo. “Awal konsep Kampung Batik Palbatu mau seperti kampung batik yang berada di daerah Jawa atau Solo” ungkap Harry salah satu pengagas Kampung Batik Palbatu.
Penggagas ide ini terdiri dari lima orang Ismoyo W Bimo, Harry Domino, Iwan Darmawan, Safri dan Agus. “Awal yang mempunyai ide Mas Bimo dan Mas Iwan. Lalumereka mengajak saya, Mas Safri dan Mas Agus untuk ikut gabung mensukseskan konsep Kampung Batik Palbatu” Jelas Harry.
Penggagas ide ini bertujuan melestarikan budaya batik yang sempat diklaim oleh Malaysia. Selain itu memperkenalkan batik pada masyarakat khususnya warga Jakarta bagaimana proses membatik. “Tujuan utamanya melestarikan batik dan memperkenalkan batik pada masyarakat” Ujar Harry kepada penulis. Membatik tidak hanya sekedar mencanting saja di kaos atau baju tetapi bisa dengan membatik tas, sendal, sepeda, motor, dinding rumah dan lain-lain. “Langkah awal kami membatik jalan dengan diecat bermotif batik, selanjutnya dinding rumah warga, ada juga warga dengan inisiatif sendiri membatik pot bunga” TambahHarry.
Harry dan Kawan-Kawanya membangun konsep Kampung Batik Palbatu bermodalkan secara swadaya. Dari warga untuk warga, cat-cat bekas dikumpulkan untuk mengecat dinding rumah warga. “Satu rumah kita cat, kemudian warga lain juga meminta untuk dicat rumahnya” kata Harry. Saat ini kurang lebih 15 Rt yang sudah dicat bermotif batik. Hal ini akan terus bertambah jika warga mengizinkan rumahnya dicat.
Dari konsep ini selain bisa melesterikan budaya batik. Perekonomian warga Palbatu juga ikut terangkat, sebab kini banyak warga  membuka kios batik di Pelataran rumahnya. Sehingga dengan begitu usaha batik akan berkembang. “Selain bisa melestarikan batik, hal ini membantu perekonimian dibidang batik, dari pembuat batik dan warga yang menjualnya” tutur Harry. Saat ini sanggar batik yang dimilki Palbatu baru dua yakni sanggar batik cantingku dan sanggar batik setapak. Hal ini akan bertamabah jika warga sudah terbuka akan melestarika batik.
Konsep ini digagas pada Mei tahun lalu. Untuk memeriahkan acara ini keempat penggagas mengadakan Jakarta Batik Carnival pada 21-22 Mei 2011. Setelah berhasil pada acara pertama, untuk kali keduanya pada sabtu dan minggu 5-6 Mei 2012 diadakan kembali Jakarta Batik Carnival. Dengan menyuguhkan fesyen show batik, kuliner tradisional, bazar berbagai macam bahan motif batik.
Acara ini mendapat apresiasi dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kali kedua. Pertama ditahun 2011 dengan kategori ‘Pengecatan jalan terpanjang dengan motif batik (minimal 100 meter)’. Kedua di tahun ini Palbatu memiliki jumlah rumah warga yang paling banyak dicat dengan motif batik total sekitar 100 rumah.
Terget yang akan dicapai selanjutnya memperluas Kampung Batik Palbatu ini. Yang awalnya baru satu Rw dicat bermotif batik akan mengecat seluruh kawasan Palbatu ini. “Saat ini memang baru Rw empat yang dijadikan Kampung Batik Palbatu, namun Kampung Batik Palbatu bukan milik Rw empat tetapi miliki semua.” Tegasnya diakhir-akhir wawancara.

1 komentar: