Jumat, 24 Agustus 2012

BAHASA JURNALISTIK TUTUR RADIO DAN TELEVISI

Siaran berita dalam radio disampaikan secara lisan. Jadi, untuk bisa memahami siaran berita media radio seseorang haruslah mendengarkan dengan menggunakan indra pendengar sebaik-baiknya. Bila ada bagian berita yang tidak dipahami si pendengar siaran tidak mungkin minta siaran itu untuk diulangi. Beda dengan bahasa media cetak yang bisa diulangi beberapa kali saja menurut kemauan pembaca.berita dalam surat kabar yang harus dipahami secara visual (dilihat) berbeda dengan berita dalam media radio yang harus dipahami atau ditangkap secara audial (didengar). Perbedaan itu tentu akan menyebabkan adanya perbedaan dalam penyajian bahasa tulis untuk media cetak dan bahasa lisan untuk media radio.
Dalam bahasa berita untuk media radio bentuk piramida terbalik ini dihindarkan. Mengapa? karena kalau bahasa tulis dalam surat kabar bisa diulang-ulang membacanya, tetapi bahasa lisan dalam siaran radio tidak bisa diulang-ulang mendengarkannya. Hanya untungnya siaran berita radio itu selalu diulang setiap jam, begitu juga dengan siaran berita di televisi. Namun, pengulangan suatu berita pun ada batasnya. Berita yang sudah beberapa kali disiarkan tidak diulang lagi karena ada berita yang baru lagi.
Media televisi kita tangkap secara audiovisual. Artinya, kita dengar suaranya dan kita lihat gambarnya, baik gambar orang yang membacakan berita itu, maupun ilustrasi gambar yang menyertai berita tersebut. Jadi, ada informasi berita dari media televisi yang kita tangkap dengan mata secara visual. Hal ini tentu menyebabkan penyajian bahasa untuk siaran berita media televisi agak berbeda.
Bahasa berita televisi Suwardi Idris (1978) memberi pedoman, bahwa berita televisi hendaknya:
a.       Sederhana, tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang kurang dikenal oleh rata-rata penonton.
b.      Menggunakan kalimat-kalimat pendek langsung kepada sasaran, tidak berbelit-belit
c.       Menghindarkan pemakaian kalimat terbaik (inverted sentence)
d.      Mengusahakan sedapat mungkin agar subjek dan predikat berdekatan letaknya.
e.       Member penjelasan secukupnya tentang benda-benda atau kata-kata asing yang terpaksa digunakan dalam siaran berita televisi.
f.       Kalimat panjang yang mungkin dapat disajikan dalam media cetak sebaiknya dibagi-bagi menjadi beberapa kalimat yang pendek, dan kalau perlu susunannya diubah, sehingga subjek dan predikat jelas posisinya.
Pada umumnya didapatkan bahwa jurnalistik memiliki lima karakteristik, yakni :
1.      Publisitas
Publisitas maksudnya bahwa jurnalistik atau media massa itu ditujukan untuk konsumsi publik secara umum dan luas. Karya jurnalistik itu disampaikan secara umum kepada publik dengan menerabas segala sekat atau pembatas. Media radio dan televisi, dapat dinikmati oleh publik secara umum bebas, di mana pun dan kapan saja.
2.      Universalitas
Universalitas maksudnya bahwa pesan yang disampaikan dalam jurnalistik atau media massa bersifat universal/umum, karena bersangkutan dengan aneka aspek atau persoalan kehidupan yang muncul di atas bumi ini.
3.      Periodisitas
Periodisitas menunjuk pada keberkalaan dari sebuah media massa hadir di hadapan publiknya. Misalnya bagian atau kolom tertentu dari sebuah media massa, kolom-kolom tertentu di dalam surat kabar, juga hanya pada hari-hari yang sifatnya tertentu. Tentu saja, sesuatu yang harus hadir setiap hari tidak dapat dipaksakan untuk hadir secara periodik saja.
4.      Kontinuitas
Kontinuitas menunjuk pada kelangsungan sebuah media massa hadir di hadapan publiknya sebuah surat kabar harian, misalnya, hadir setiap hari kepada publiknya. Majalah mingguan, misalnya, juga harus hadir secara kontinyu pada setiap periode mingguan ke hadapan publiknya.
5.      Aktualitas
Media massa harus berciri aktual. Maksudnya, media massa itu selalu harus hadir dengan hal-hal yang baru sifatnya.

3 komentar: