Siaran
berita dalam radio disampaikan secara lisan. Jadi, untuk bisa memahami siaran
berita media radio seseorang haruslah mendengarkan dengan menggunakan indra
pendengar sebaik-baiknya. Bila ada bagian berita yang tidak dipahami si
pendengar siaran tidak mungkin minta siaran itu untuk diulangi. Beda dengan bahasa
media cetak yang bisa diulangi beberapa kali saja menurut kemauan
pembaca.berita dalam surat kabar yang harus
dipahami secara visual (dilihat)
berbeda dengan berita dalam media radio yang harus dipahami atau ditangkap
secara audial (didengar). Perbedaan itu tentu akan menyebabkan adanya perbedaan
dalam penyajian bahasa tulis untuk media cetak dan bahasa lisan untuk media
radio.
Dalam
bahasa berita untuk media radio bentuk piramida terbalik ini dihindarkan.
Mengapa? karena kalau bahasa tulis dalam surat kabar bisa diulang-ulang
membacanya, tetapi bahasa lisan dalam siaran radio tidak bisa diulang-ulang
mendengarkannya. Hanya untungnya siaran berita radio itu selalu diulang setiap
jam, begitu juga dengan siaran berita di televisi. Namun, pengulangan suatu
berita pun ada batasnya. Berita yang sudah beberapa kali disiarkan tidak
diulang lagi karena ada berita yang baru lagi.
Media
televisi kita tangkap secara audiovisual.
Artinya, kita dengar suaranya dan kita lihat gambarnya, baik gambar orang yang
membacakan berita itu, maupun ilustrasi gambar yang menyertai berita tersebut.
Jadi, ada informasi berita dari media televisi yang kita tangkap dengan mata
secara visual. Hal ini tentu menyebabkan penyajian bahasa untuk siaran berita
media televisi agak berbeda.
Bahasa
berita televisi Suwardi Idris (1978) memberi pedoman, bahwa berita televisi
hendaknya:
a.
Sederhana,
tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang kurang dikenal
oleh rata-rata penonton.
b.
Menggunakan
kalimat-kalimat pendek langsung kepada sasaran, tidak berbelit-belit
c.
Menghindarkan
pemakaian kalimat terbaik (inverted
sentence)
d.
Mengusahakan
sedapat mungkin agar subjek dan predikat berdekatan letaknya.
e.
Member
penjelasan secukupnya tentang benda-benda atau kata-kata asing yang terpaksa
digunakan dalam siaran berita televisi.
f.
Kalimat
panjang yang mungkin dapat disajikan dalam media cetak sebaiknya dibagi-bagi
menjadi beberapa kalimat yang pendek, dan kalau perlu susunannya diubah,
sehingga subjek dan predikat jelas posisinya.
Pada
umumnya didapatkan bahwa jurnalistik memiliki lima karakteristik, yakni :
1. Publisitas
Publisitas
maksudnya bahwa jurnalistik atau media massa itu ditujukan untuk konsumsi
publik secara umum dan luas.
Karya
jurnalistik itu disampaikan secara umum kepada publik dengan menerabas segala
sekat atau pembatas. Media radio dan televisi, dapat dinikmati oleh publik
secara umum bebas, di mana pun dan kapan saja.
2. Universalitas
Universalitas
maksudnya bahwa pesan yang disampaikan dalam jurnalistik atau media massa
bersifat universal/umum, karena bersangkutan dengan aneka aspek atau persoalan
kehidupan yang muncul di atas bumi ini.
3. Periodisitas
Periodisitas
menunjuk pada keberkalaan dari sebuah media massa hadir di hadapan publiknya.
Misalnya bagian atau kolom tertentu dari sebuah media massa, kolom-kolom
tertentu di dalam surat kabar, juga hanya pada hari-hari yang sifatnya
tertentu. Tentu saja, sesuatu yang harus hadir setiap hari tidak dapat
dipaksakan untuk hadir secara periodik saja.
4. Kontinuitas
Kontinuitas
menunjuk pada kelangsungan sebuah media massa hadir di hadapan publiknya sebuah
surat kabar harian, misalnya, hadir setiap hari kepada publiknya. Majalah
mingguan, misalnya, juga harus hadir secara kontinyu pada setiap periode
mingguan ke hadapan publiknya.
5. Aktualitas
Media massa
harus berciri aktual. Maksudnya, media massa itu selalu harus hadir dengan
hal-hal yang baru sifatnya.
tulisannya kecil", rada susah dibaca
BalasHapuspakai hape bukanya?
HapusTerimakasih, sangat bermanfaat bagi sy mahasiswa jurnalistik
BalasHapus