Bahasa ragam jurnalistik adalah ragam
bahasa yang dipakai oleh para pengasuh media massa untuk menyajikan berita bagi
audiensnya. Bahasa ragam jurnalistik, yang juga disebut sebagai bahasa koran
atau bahasa media massa, ditengarai memiliki kalimat dan alinea yang
pendek-pendek, bahasanya pun enak di baca. Lebih dari itu etika dasar
jurnalistik menuntut agar bahasa di media massa menyiratkan kejujuran, hangat,
akurat, sopan, tidak dibenarkan menggunakan kata-kata yang kasar, atau pun yang
menyakiti hati orang. Kutipan tidak boleh diubah-ubah sembarangan apalagi tanpa
alasan yang mendasar.
Pedoman-pedoman yang perlu diperhatikan
dalam menyusun kalimat jurnalistik.
Gunakan kalimat yang jelas dan jernih.
Dalam kalimat jurnalistik kalimat
gunakan kalimat yang jelas dan jernih, tidak ruwet, tidak keruh, kata dan
kalimatnya populer. Kalimat yang digunakan haruslah kalimat yagn mengalir dan
tidak tersendat.
Gunakan gaya bahasa sesuai beritanya.
Untuk "soft news", contohnya
feature, sisipkan gaya bahasa yang menarik, sehingga pembaca tidak akan
membuang berita Anda. Berita "hard news", gaya bahasa digunakan
adalah gaya bahasa yang memberi kesan dan suasana tertentu.
Gunakan kalimat yang dapat dinalar atau dilogika.
Dalam menulis sebuah berita, seorang
wartawan haruslah selalu menganggap pembacanya tidak tahu apa-apa, tidak punya
referensi sedikitpun untuk mencerna berita yang disuguhkan. Karena itu, seorang
wartawan akan menuangkan informasi selengkapnya dan sebaik mungkin dalam
beritanya. Hal itu untuk menghindari mengelabui dan menyesatkan pembaca.
Perhatikan keakuratan berita.
Sebuah berita haruslah akurat, karena
jika tidak, berita tersebut tidak pantas untuk dipercaya. Akurasi meliputi
ketepatan mengutip sumber berita maupun data dan fakta. Akurasi adalah suatu
refleksi rasa tanggungjawab penulis (wartawan)dan media massa yang
bersangkutan. Ketidakakuratan dalam berita bisa menimbulkan kerancuan dan bisa
juga merugikan orang lain. Menyebut sumber berita serta pada kesempatan
informasi ataupun pernyataan yang diberikan disebut atribusi atau "credit
line". Hal itu perlu karena pembaca memperoleh gambaran dari mana informsi
didapat dan apa bisa dipercaya atau tidak.
Pilihlah kata yang tepat.
a.
Perhatikan penggunaan
kata tidak.
Perhatikan penggunaan kata tidak, karena
kata ini berfungsi menegasikan (menghambarkan atau mementahkan) makna yang
terkandung di belakangnya. Dalam kalimat jurnalistik kata tidak, sebaiknya
diletakkan paling dekat dengan kata yang dinegasikan. Meski demikian, perlu
kecermatan untuk menempatkan kata tidak dalam sebuah kalimat jurnalistik
sehingga kita dapat menampilkan bahasa ragam jurnalistik yang benar, yang
mengutamakan kerjernihan pesan.
b.
Kata berkecenderungan.
Pemilihan kata untuk dipakai dalam
penyusunan kalimat berita harus mempertimbangkan kecenderungan konotasinya.
Kata melalaikan, mengabaikan, dan melecehkan, sama-sama punya makna tidak mau
menuruti atau tidak memerhatikan. Tapi, masing-masing kata itu mengandung
konotasi yang berbeda dan pesan yang dibawa juga berbeda muatannya, sehingga
kalimat yang terbentuk dengan kata itu juga akan beda tampilan dan nuansanya.
c.
Kata pungutan (adopsi)
Mengadopsi kata asing maupun daerah,
atau mencipta sebuah kata baru, hendaknya memerhatikan alam pikiran orang
Indonesia. Karena itu untuk memadankan perlu dipikirkan bagaimana dan apa yang
terbagus agar pesan yang disampaikan lewat berita dapat dipahami.
Perhatikan juga penghematan kata.
Kata yang bertele-tele dan penuh dengan
kata yang berbasa-basi, tidak cocok untuk penulisan berita dan isi media pada
umumnya. Karena itu amat penting untuk menulis berita yang pendek, padat,
bernas, jelas, dan bersih. Kata-kata yang mubazir harus dibuang, kalimat
panjang dan benar-benar boros harus dipendekkan. Tapi hal itu bukan harga mati
mengingat keluwesan sebuah media massa. Kadang sebuah kalimat pendek
dipanjangkan apabila hal itu akan memperjelas maksud sebuah kalimat. Patokan
yang sebenarnya hanyalah soal kejernihan isi berita, agar pesan sampai kepada
pembaca dengan sempurna.
Hal yang disebutkan di atas perlu
diperhatikan oleh orang yang akan terjun di dalam dunia jurnalistik. Karena
lewat media massa, secara langsung atau tidak langsung, wartawan adalah
pendidik bagi masyarakatnya. Jika pendidiknya pandai dan menggunakan metode
yang cerdas, maka ada harapan masyarakat yang mendapat pengetahuan dari media
massa menjadi pandai pula.
Dewabrata, AM.Kalimat Jurnalisti: Panduan mencermati penulisan berita.Jakrta.
Kompas.2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar